Untuk menentang paham orang yang percaya adanya Tuhan Maha Pengasih kita harus pertama-pertama mengerti pernyataan mereka. Ayo kita sederhanakan jadi beberapa kata.
Luar biasanya, orang Kristen menyatakan Cuma satu orang yang tidak berdosa dan menderita!
Sedikit yang bisa terima kenyataan, mereka bilang, kecuali Yesus mencuci nurani kita yang tertekan namun kotor. Mereka bilang cuma setelah mukjizat spiritual kita berani menghentikan usaha untuk menutup-nutupi kebrobrokan kita. Mereka bilang kebaikan kita kalau dibandingkan dengan kemurnian Allah itu tidak ada apa-apanya. Dengan habisnya setiap tetes kebanggan, orang Kristen merasa terdorong untuk mencapai kesepakatan yang menyakitkan: kalaupun usaha terbaik kita dibandingkan dengan kemahasucian Allah, kita nampak tidak lebih baik dari pembunuh berantai. Mereka bahkan berkata bisa dibilang bayi itu moralnya sudah dirusak! (lihat Apa bayi tak berdosa?)
Tak satupun debatan pandai, dan tak satupun pengamalan spiritual bisa menutupi satu fakta: Allah yang suci mau menghapus setiap sumber derita. Dan kalau Dia lenyapkan setiap orang penyebab derita, baik itu oleh keegoisan, kebohongan, kecurangan, gosip, atau perkataan menyakitkan, siapa yang tertinggal di dunia ini?
Derita itu salah Allah! kita protes, dengan santainya melupakan saat-saat kemarahan, kerakusan, dan kebohongan kita menyakiti orang lain. Sewajarnya, beberapa dosa kita anggap tidak parah, dan entah kenapa derita yang kita akibatkan masuk dalam kategori tersebut. Itu seperti gagal ujian lalu menggeser batas lulusnya agar kita tidak jadi gagal. Tuhan Mahasuci tidak akan terima kemunafikan tersebut. Melenyapkan semua orang penyebab derita tapi membiarkan kamu dan aku akan membuat Allah bersalah akan ketidakadilan parah. Kita semua sama-sama ikut serta dalam aib umat manusia. Kalau ada Allah Mahapengasih, orang-orang yang Dia kasihi dan hendaki untuk tinggal di dunia tanpa derita justru adalah orang-orang yang menyebabkan derita umat manusia itu sendiri.
Kita akan segera lanjut, tapi topik ketidakberdosaan ini kunci diskusi kita tentang topik derita. Kita sangat jauh dari ketidakberdosaan sampai kelahiran kita di dunia ini hasil dosa. Contohnya, kalau kita teliti garis leluhur kita cukup jauh, kita paling tidak menemukan satu leluhur terlahir karena dosa pemerkosaaan, hubungan seksual ayah-anak, hubungan sebelum nikah, dan sebagainya.
Setelah membuang semua orang di tong dosa, orang percaya kembali protes, menggugat pernyataan tentang orang yang terkenal dengan kerendahhatiannya. Kristus menyatakan Dia tidak berakar dari garis darah manusia. (Yohanes 8:56-59; 17:5) Kalau benar, dan kalau Dia selanjutnya hidup dengan sempurna, cuma Dia yang tidak berdosa dilihat bagaimanapun juga. Dan kita tahu Dia menderita.
Dia muncul sebagai manusia sempurna yang mengkhotbahi standar tinggi yang tidak mungkin bagi manusia, menyatakan itulah standar Allah, dan benar-benar hidup dalam standar tersebut. Mengasihi musuhnya, persis seperti yang Dia khotbahi, Dia terima siksaan, dengan begitu menerima dengan tubuhNya yang terkulai semua hukuman dosa manusia.
Umat manusia bisa membanggakan satu orang sempurna. (Lihat Appendix [Hanya dalam Bahasa Inggris]) Kita membunuhNya. Namun orang tak berdosa itu dengan tulus menerima ketidakadilan demi membebaskan yang bersalah dari hukuman kekal. Dalam pertukaran bencana ini, yang Sempurna dan yang yang bersalah bertukar tempat, membuat sah tindakan Allah untuk tidak menghukum kita. Begitu luar biasa seperti kelihatannya, ini membawa kita ke perbatasan dunia baru dimana hasrat nurani kita akan dipenuhi sementara kelicikan, penyiksaan, dan tindakan menyakitkan akan diserap oleh kebajikan; bayangan penderitaan sirna oleh sinar sukacita.
Tapi penderitaan di bumi lanjut untuk alasan yang gemilang. Sebuah surga penuh harmoni, kepercayaan, keterbukaan, dan kasih akan rusak dengan cepat kalau satu saja penduduknya berlaku seperti kita sekarang. Untuk masuk dunia sempurna tanpa meretakkan kesempurnaannya, perlu pengubahan kepribadian lebih tajam dari apa yang pernah dilihat di dunia ini. Lewat campur tangan Yesus, Allah bisa melakukan mukjizat ini dan membuat kita cocok hidup di dunia yang sempurna, tapi Dia tidak menyalahgunakan kekuatannya dengan memaksakan perubahan kepribadian melawan kehendak kita. Kita harus mau membiarkan Allah mencabut akar-akar dosa dalam kita , dan dalam hikmat dan kasihNya yang tak terbatas, memperbaiki setiap bagian hidup kita.
Umat manusia gemetar di pinggir kepunahan, terpesona oleh dosa seperti mangsa ular. Setiap hari Allah menahan murkaNya untuk melenyapkan yang masih jahat, setiap hari juga milyaran orang diberi kesempatan lagi untuk sadar dan mengijinkan Yesus membersihkan kita dari jejak-jejak dosa. Tapi akhir dari kesempatan ini semakin mendekat. Tidak lama lagi penderitaan kita akan berhenti. Semua kesalahan akan dihancurkan, berikut orang-orang yang masih terikat olehnya.
Lagi tentang Penderitaan [Hanya dalam Bahasa Inggris] . . . ATAU . . . Kembali ke Daftar Isi [Hanya dalam Bahasa Inggris]
Di Australia, kelinci yang kelihatan tak berdosa sebenarnya hama serius karena sesuatu yang leluhurnya lakukan melawan hakitat alaminya: mereka tiba di Australia dengan orang kulit putih dan tinggal di antara tanaman, merusak hasil cocok tanam dan tumbuhan lainnya. Meskipun lucu, tidak bisa dihindari begitu bayi kelinci tumbuh dia akan merusak keseimbangan alam disekitarnya. Begitu juga, tegas orang Kristen, waktu kita lahir kita terlalu imut dan lemah untuk berbuat dosa, sebuah kesayangan Tuhan, tapi tidak bisa dihindari kitapun nantinya akan ikut serta menambah penderitaan di umat manusia ini berbohong, berbuat curang, fitnah, dll begitu kita punya cukup kekuatan dan intelek untuk melakukannya. Itu karena leluhur kita menyalahgunakan tanggung jawab mereka. Kalau leluhur kita dilenyapkan sebelum secara genetis menyalurkan kecenderungan dosa mereka, kita tidak akan pernah lahir.
Artikel Kristen lainnya dalam Bahasa Indonesia
Kembali ke Daftar Isi [Hanya dalam Bahasa Inggris] Appendix 1: Apa bayi tak berdosa?
E-mail: hot@net-burst.com [English Only]