This page in English, Serbian, German, Romanian
Bagaimana bisa dikatakan Tuhan adil,
jika seseorang mendapatkan segalanya,
sedangkan yang lain hanya mendapatkan hidup yang buruk.
Di suatu dunia yang lain, ada seorang Kristen yang berapi-api, dia mengabarkan Injil, memimpin pujian, mengutip ayat suci terus di mana-mana, dan sering menolong orang miskin. Tentu kita semua mengira bahwa orang Kristen ini jauh lebih berkenan kepada Tuhan daripada Angelo.
SALAH. Meskipun Tuhan senang dengan tingkah laku si Kristen ini, tapi keputusan Angelo jauh lebih menggerakkan hati Tuhan.
Si Kristen ini hidup di keluarga yang bercekupupan, tidak kaya tidak miskin. Selalu mempunyai makanan yang cukup. Mempunyai ayah dan ibu yang membesarkan dia. Belajar Alkitab di sekolah Teologia bagus. Datang ke gereja besar dengan pengajar-pengajar yang Alkitabiah. Dia menerima banyak sekali bentuk kasih sayang dalam hidupnya, namun dia hanya menggunakan 75% dari kasih sayangnya itu kepada yang lain.
Angelo dilahirkan tuli. Dia tidak dikasihi orang tuanya dan sering dikurung sampai saat dia diselamatkan aparat pada umur 8 tahun. Lalu dia dibuang dari satu panti asuhan ke yang lainnya sampai saat dia dewasa dia terlantar di jalanan. Dia mendapatkan banyak sekali penolakan dalam hidupnya hingga dia harus menahan amarahnya sedemikian rupa, menggunakan 100% dari sedikit sekali kasih yang dia terima dalam hidupnya untuk tidak menendang kucing itu.
Karena Angelo menggunakan kasih itu dengan sepenuhnya, Tuhan memberkatinya dengan kasih lebih banyak lagi. Dia belajar membaca. Dan tidak, Angelo, tidak menjadi kaya lalu mendirikan gereja. Dia tetap jadi gelandangan, namun dia berusaha mati-matian untuk tidak merugikan orang dengan mencuri. Dia mengumpulkan botol-botol bekas dan dijualnya untuk beli makanan. Tuhan senang dan dia mengirim seorang hamba Tuhan untuk menginjilinya. Dia menerima Tuhan Yesus oleh karena berkat Tuhan. Dan Tuhan memberi dia kasih yang lebih banyak lagi.
Dia menggunakan kasih itu untuk menggunakan separuh dari sedikit uang yang dia terima untuk membeli petuah-petuah Alkitab untuk dibagikan pada gelandangan lain. Banyak gereja menolaknya, dan akhirnya dia hanya berhasil mengajak 1 orang lain untuk menjadi Kristen. Dia mati memeluk seorang gelandangan lain untuk menghangatkannya.
Setelah mati Angelo berada di surga dan dia ditinggikan Tuhan, memerintah dari tempat yang bagus, Tuhan menghargai dia jauh di atas Kristen-kristen lain.
Apakah cerita ini hanya fantasi? Rick Joyner, seorang pengarang buku Kristen, mendapatkan penglihatan ini lewat sebuah visi yang dia terima. Yang penting adalah bukan Rick Joyner, tapi isi dari visi ini.
* Apakah seorang bodoh dapat dihargai lebih dari seorang teolog?
* Apakah mungkin, bahwa ketidak nyamanan hidup, ke susahan hidup kita sekarang akan digunakan sebagai pertimbangan, hingga hasil akhirnya nanti adalah ADIL?
Sebelum kita mulai, mari kita uji penglihatan ini lewat Alkitab. Untuk memastikan bahwa ini benar.
Paulus dalam 1 Korintus 3:1015 jelas menyiratkan bahwa ada upah yang berbeda di Surga.
Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.
Di sini jelas tersirat bahwa ada upah atas pekerjaan kita di dunia ini. Dan upah ini tidak menentukan keselamatan, karena keselamatan adalah lewat Tuhan Yesus. Namun jika pekerjaan kita rapuh dan tidak tahan uji maka pekerjaan itu akan terbakar.
Dalam perumpamaan tentang mina (Lukas 19:1227), Tuhan Yesus mengilustrasikan bahwa ada 10 orang hamba yang diberi jumlah yang berbeda. Ada mengusahakan dan mendapatkan uang 10x lipat dan diberi kuasa atas 10 kota.
Ada pula yang mendapatkan 5x lipat dan diberi kuasa 5 kota. Namun ada 1 orang yang tidak menghasilkan apa-apa. Dan hanya menyisakan hidupnya serta mina yang dia bungkus di sapu tangannya. Mina itu diambil. Namun bagi musuh si bangsawan ini, mereka semua kehilangan nyawanya.
1 Korintus 9:24 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!
Sebelum kita lanjutkan, mari kita bahas dulu beberapa ayat yang kelihatannya mengkontradiksi ayat-ayat di atas ini.
Matius 20:116
Di sini Tuhan Yesus memberikan perumpamaan kebun anggur, di mana ada pekerja yang bekerja dari pagi, dan ada yang dari sore namun mereka semua menerima upah yang sama.
Perumpamaan ini kelihatannya mengkontradiksi tulisan di atas namun jika kita baca lebih detail lagi, di sini kita melihat bahwa orang yang masuk jam 5 sore adalah bukan orang malas, namun orang yang tidak mempunyai kesempatan!
Matius 20:6-7 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
Di sini kita melihat bahwa perumpamaan ini ditujukan untuk para orang yang tidak mempunyai kesempatan untuk bekerja hingga senja usianya. Di sini tidak disebutkan bagaimana dengan mereka yang dengan sengaja menolak pekerjaan ini, atau bagi mereka yang menerima kerja tapi bermalas-malasan saja, atau bagi mereka yang hanya ingin menerima upah.
Perumpamaan ini tidak mengkontradiksi point sebelumnya, namun menjelaskan tentang hal yang berbeda.
Ingatlah bahwa semua Kristen mendapatkan anugerah keselamatan dengan cuma-cuma, cukup dengan percaya Tuhan Yesus maka kita dapat diselamatkan. Ini adalah hadiah cuma-cuma dari Tuhan. Bahayanya, semakin lama kita menjadi Kristen, sering kita berpikir bahwa, berkat Tuhan didapat dari kerja keras kita juga.
Banyak yang beramal, atau melakukan kebajikan lain dengan harapan untuk mendapatkan berkat Tuhan. Ingatlah bahwa, kesucian, doa yang di jawab, dan berkat di dunia ini adalah semua murni karunia Tuhan.
Tidak ada satupun yang dapat kita lakukan untuk dapat meng klaim hal-hal ini kepada Tuhan. Kita tidak dapat mengatakan, Tuhan saya minta janjimu untuk memberkati pekerjaan saya, karena saya sudah banyak sekali memberi amal dan melayani Tuhan di gereja.
Lukas 17:710 menjelaskan tentang hal ini. Kita hanyalah hamba yang tak berguna di hadapan Tuhan. Tuhan tidak butuh uang kita, atau pekerjaan kita. Namun kita harus memposisikan diri kita sebagai hamba Tuhan yang tidak berguna.
Kita baru berada di permulaan ekslorasi keadilan Tuhan. Semakin dalam kita masuk, semakin kita akan mengerti. Apakah tidak mungkin, rewards di Surga adalah system Tuhan untuk mempertahankan keadilanNya? Apakah rencana Tuhan untuk menyeimbangkan lapangan permainan? Sehingga orang yang beruntung, maupun tidak beruntung, dapat dinilai berdasarkan standar keadilan Tuhan yang penuh kebijaksanaan. Tuhan itu adil.
Kerumunan orang sedang memberikan persembahan, seorang pedagang berbaju bagus datang, mengeluarkan kantungan uang yang besar dan berat sekali. Mata anda bergerak keluar, jumlahnya pasti banyak sekali.
Lalu ada seorang janda tua, di tangannya ada dua keeping uang 5 sen. Anda berpikir, buat apa 5 sen? Kenapa dia mau susah-susah memberi dan berjalan hanya demi jumlah 5 sen.
Tiba-tiba mata Tuhan Jesus bersinar, dengan bersemangat dia mengumpulkan muridnya lalu berkata Janda ini sudah memberi lebih banyak dari yang lain. Karena dia memberi dalam kekurangannya, sedangkan yang lain memberi dalam kelebihannya.
Markus 12:43-44 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Tuhan Yesus memperlihatkan sekilas cara Tuhan dalam menilai. Bukan berapa banyak kontribusi kita, tapi berapa dalam kita harus berkorban dan menggali untuk member.
Ini bukan hanya masalah uang. Prinsip ini berlaku di setiap sendi kehidupan kita. Seorang yang dalam hidupnya hampir tidak mengenal kasih, sering dikhianati, sering disakiti, namun masih menggunakan sedikit iman yang tersisa untuk terus percaya dan berharap pada Tuhan, dinilai lebih berarti daripada seorang hamba Tuhan yang hanya menggunakan sedikit imannya.
Semua yang kita miliki atau tidak miliki adalah atas dasar kehendak Tuhan. Jika kita dinilai dengan standar orang lain yang mungkin lebih beruntung atau lebih menderita dari kita, maka Tuhan tidak adil.
Tapi Tuhan tidak seperti itu, Tuhan adalah adil. Dia mengetahui seberapa jauh kita mendorong potensi kita. Hanya Tuhan yang tahu, seberapa dalam kita sudah menggali untuk memberikan persembahan kita yang terbaik, dari basis inilah, seorang Kristen akan dinilai.
Hidup ini penuh ketidak adilan. Namun ketidal adilan yang paling tidak adil di dunia ini adalah ketika Yesus, anak Tuhan, seorang yang paling tidak berdosa harus menanggung semua dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Dia melakukan ini agar dapat menebus dosa kita, agar kita selamat. Jeda waktu sebelum kedatangan Dia yang ke dua kali adalah untuk memberikan kesempatan bagi kita agar bertobat.
KedatanganNya yang kedua nanti adalah masalah keadilan. Mereka yang menjawab panggilanNya akan menghabiskan keabadian mengagumi keadilanNya, mereka yang tidak - akan menghabiskan keabadian untuk merasakan keadilanNya
Otak kita berasal dari Tuhan. Dia tentunya jauh lebih pintar dari kita. Jika kita disuruh menjadi hakim yang adil, tentunya kita tidak akan bisa. Otak kita dipenuhi bias dan tendensi yang menuju ketidak adilan. Pada waktunya nanti, hanya DIA yang bisa menghakimi dengan adil.